KPK: Istri Penyuap Bupati Labuhanbatu Berupaya Hilangkan Barang Bukti

VIPArtikel - KPK menggeledah sejumlah lokasi untuk pengembangan kasus suap Bupati Labuhanbatu Pangonal Harahap. Dari hasil penggeledahan, didapatkan informasi adanya upaya penghilangan barang bukti yang diduga dilakukan istri pemilik PT Binivan Konstruksi Abadi, Effendy Sahputra.

Juru bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, istri Effendy diketahui berupaya membuang barang bukti ke sungai terdekat dari atas sebuah jembatan di Labuhanbatu.

"Kami juga mendapatkan informasi ada upaya pihak keluarga tersangka (istri) untuk membuang barang bukti ke sungai terdekat dari atas sebuah jembatan di Kecamatan Rantau Utara, Labuhanbatu," ujar Febri Diansyah saat dihubungi, Sabtu (21/7).

Febri juga mengungkapkan pihaknya menemukan adanya bunker bawah tanah di salah satu rumah tersangka. Namun saat digeledah oleh tim, bunker sudah dalam keadaan kosong.

VIPBANDARQ | BANDARQ | DOMINO99 | AGEN DOMINO99 | BANDARKIU | BANDAR POKER

Sebelumnya, KPK juga telah melakukan penggeledahan di 8 lokasi berbeda pada Jumat (20/7). 8 lokasi itu adalah Kantor Bupati Labuhanbatu, rumah dinas bupati, rumah pribadi bupati, Kantor PT Binivan Konstruksi Abadi, Kantor Dinas PU, Kantor BPKAD, rumah tersangka Umar Ritonga, dan rumah tersangka Effendy Sahputra.

Dari delapan lokasi yang digeledah, Febri mengungkapkan pihaknya berhasil mengamankan sejumlah barang bukti yang terkait dengan proyek infrastruktur di Kabupaten Labuhanbatu.

"Dari lokasi penggeledahan disita berhasil dokumen terkait proyek, anggaran dan pencairan proyek, CCTV, serta peralatan komunikasi," kata Febri.

BANDARQ | POKER | DOMINO QQ | ADUQ | BANDAR POKER | CAPSA SUSUN | SAKONG | BANDAR66

Dalam kasus ini, Pangonal Harahap selaku Bupati Labuhanbatu dan Umar Ritonga selaku rekan dekat Pangonal diduga menerima suap sebesar ratusan juta rupiah dari Effendy Sahputra. Effendy adalah pemilik PT Binivan Konstruksi Abadi.

KPK menduga uang tersebut bagian dari commitment fee sebesar Rp 3 miliar yang diminta Pangonal kepada Effendy. Suap itu diduga terkait proyek pembangunan infrastruktur pada Dinas PUPR Kabupaten Labuhanbatu.

Sebagai penerima suap, Pangonal dan Umar dijerat Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.

Sementara Effendy selaku pemberi suap, dijerat Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.

Your Number #1 VIP BandarQ